ABSTRAK
” Gambaran
Kejadian Hiperemesis Gravidarum di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar Periode Januari
s.d. Desember Tahun 2012”
VI BAB,
xiii, 46 halaman, 7 lampiran
Hiperemesis
gravidarum ringan merupakan keluhan umum (fisiologis) yang di sampaikan pada
kehamilan muda. Hiperemesis gravidarum yang ringan (tingkat I) yang dialami
secara terus menerus menyebabkan ibu hamil atau penderita menjadi lemah, nafsu
makan menurun dan kurangnya asupan makanan yang sehat, hal ini tentunya dapat
mempengaruhi perkembangan janin dan memperburuk keadaan ibu serta memicu
timbulnya hiperemesis berat.
Jenis penelitian yang digunakan adalah
survei deskriptif untuk untuk memperoleh gambaran Hiperemesis gravidarum pada
ibu hamil di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar Periode Januari s.d. Desember
2012, dengan populasi 1028 orang dan sampel 72 orang, data
diolah secara manual dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekwensi yang
disertai dengan penjelasan.
Hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa distribusi kejadian Hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar Periode
Januari s.d. Desember 2012 yaitu, berdasarkan umur ibu, kejadian hiperemesis
gravidarum terbanyak pada kelompok risiko rendah (20 – 35
tahun) sebanyak 56 (77,78%) orang, sedangkan berdasarkan paritas terbanyak pada
kelompok risiko tinggi (paritas 2-3) yaitu 42 (53,33%) orang, dan berdasarkan
umur kehamilan kejadian terbanyak pada risiko rendah (kehamilan <10 minggu
dan >12 minggu ) yaitu 60 (83,33%) orang.
Bagi pasangan yang menikah usia muda hendaknya
merencanakan kehamilan pada usia reproduksi sehat antara 20 – 30 tahun, Ibu
yang mempunyai paritas tinggi sebaiknya mengikuti program KB yang dianjurkan
oleh pemerintah dan Ibu hamil dianjurkan untuk meningkatkan pemeriksaan
kehamilan minimal 4 kali dimulai dari umur kehamilan muda.
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Hiperemesis gravidarum ringan merupakan keluhan umum (fisiologis) yang di
sampaikan pada kehamilan muda (Manuaba, 2010). Hiperemesis gravidarum ringan
lebih sering terjadi pada usia kehamilan 6-12 minggu (Tiran, 2008). Hiperemesis
gravidarum dianggap fisiologis jika keluhan tersebut berkurang atau bahkan
hilang pada trimester pertama kehamilan. Menetapkan kejadian hiperemesis gravidarum
tidak sukar, sekalipun batas antara muntah yang fisiologis dan patologis tidak
jelas, tetapi muntah yang menimbulkan gangguan kehidupan sehari-hari dan
dehidrasi memberikan petunjuk bahwa wanita hamil memerlukan perawatan yang
intensif (Manuaba, 2010). Seringkali ibu mempunyai respon perilaku yang biasa
atas keadaan yang dialaminya sehingga keluhan mual muntah dapat bertambah hebat
dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan (Tiran, 2008). Hal ini
dapat berlanjut pada keadaan yang lebih lemah, turgor kulit berkurang, lidah
kering, mata cekung, hipotensi, hemokonsentrasi serta konstipasi yang merupakan
tanda–tanda hiperemesis gravidarum tingkat II.
Hiperemesis gravidarum dapat disebut juga kondisi ketika muntah terjadi
sangat hebat dan dapat mengarah pada kekurangan cairan tubuh dan kehilangan
berat badan (Dewi, 2011).
Terjadinya kehamilan menimbulkan perubahan hormone estrogen, progesteron
dan dikeluarkannya human chorionic
gonadothropin plasenta. Hormon-hormon inilah yang diduga menyebabkan hiperemesis
gravidarum (Manuaba, 2010). Faktor
emosi atau psikologis berperan penting pada kejadian hiperemesis gravidarum,
umumnya oleh wanita hamil dengan latar belakang sosial yang rendah, dimana gaya
hidup lebih sederhana, lebih rileks dan sedikit tuntunan (Vivian, 2011).
Hiperemesis gravidarum yang ringan (tingkat I) yang dialami secara terus menerus
menyebabkan ibu hamil atau penderita menjadi lemah, nafsu makan menurun dan
kurangnya asupan makanan yang sehat, hal ini tentunya dapat mempengaruhi
perkembangan janin dan memperburuk keadaan ibu serta memicu timbulnya hiperemesis
berat. Berdasarkan suatu kajian bahwa 95% wanita yang mempunyai diet yang baik
akan mempunyai bayi yang sehat dan dari wanita yang mempunyai gizi buruk hanya
8% mempunyai bayi dengan kesehatan baik (Cunningham, 2005). Hasil studi
pendahuluan yang telah dilakukan diketahui bahwa ibu hamil yang menderita hiperemesis
gravidarum ringan menganggap kondisi
ini merupakan hal wajar dan akan sembuh dengan sendiriya. Keyakinan tersebut
seharusnya juga diikuti dengan perilaku yang baik dalam pencegahan hiperemesis gravidarum
namun sebagian ibu hamil tersebut masih kesulitan dalam menyikapi kondisi yang
dialaminya.
Hiperemesis gravidarum dapat dideteksi dan dicegah pada masa kehamilan
dengan cara pemeriksaan kehamilan secara teratur (Varney, 2006). Hiperemesis
gravidarum paling sering dijumpai pada kehamilan trimester I namun biasa berlanjut
sampai trimester ke II. Dengan penanganan yang baik, hiperemesis dapat teratasi
dengan sangat memuaskan. Akan tetapi, muntah yang terus menerus tanpa pengobatan
dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin dalam rahim. Pada tingkat yang
lebih berat hiperemesis dapat mengancam jiwa ibu dan janin (Wiknjosastro,
2002).
Mual atau sering disebut nausea
dan emesis gravidarum adalah hal yang
wajar dan sering ditemukan dalam kehamilan terutama dalam trimester pertama kehamilan.
Menurut penelitian 60%-80% dari wanita yang pertama kali mengandung (primigravida) dan 40%-60% dari wanita
yang sudah pernah mengandung (multigravida)
mengaku mengalami masalah mual muntah ini (Wiknjosastro, 2002).
World Health Organitation (WHO) mencatat pada tahun 2012 tiap tahunnya
lebih dari 300 hingga 400 per 100.000 kelahiran hidup, perempuan meninggal yang
disebabkan oleh perdarahan 28%, eklampsia 12%, abortus 13%, sepsis 15%, partus
lama 8% dan penyebab lain-lain 2%, sedangkan angka kematian ibu di Indonesia
pada tahun 2010 lebih tinggi di Negara-negara ASEAN yaitu 226 per 100.000
kelahiran hidup dibandingkan Filipina 170 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand
44 per 100.000 kelahiran hidup, Malaysia 41 per 100.000 kelahiran hidup dan
Singapura hanya 6 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2013).
Data dari Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Selatan tahun 2012 jumlah kematian ibu berkisar 121 orang, dimana 70%
untuk terjadi karena ibu-ibu yang anemia dan 19,7% untuk mereka yang non
anemia. Sedangkan data dari Rumah Sakit
Bhayangkara Makassar tahun 2012 jumlah hiperemesis gravidarum 72 (8.07%) dari 1028 pasien yang berkunjung.
Berdasarkan pada uraian pada latar belakang tersebut maka perlu dilakukan
suatu penelitian untuk mengetahui bagaimana gambaran kejadian Hiperemesis grvidarum
di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar Periode Januari s.d. Desember Tahun 2012.
B.
Rumusan
Masalah
Bagaimana gambaran kejadian hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit Bhayangkara
Makassar Periode Januari s.d. Desember 2012?
C.
Tujuan
Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran kejadian hiperemesis gravidarum
di Rumah Sakit Bhayangkara Mappaoudang Makassar Periode Januari s.d. Desember 2012.
2. Tujuan
Khusus
a.
Diketahuinya gambaran kejadian hiperemesis gravidarum pada
ibu hamil berdasarkan umur ibu.
b.
Diketahuinya gambaran kejadian hiperemesis gravidarum pada
ibu hamil berdasarkan paritas.
c.
Diketahuinya gambaran kejadian hiperemesis gravidarum pada
ibu hamil berdasarkan umur kehamilan.
D.
Manfaat
Penulisan
1. Manfaat
Ilmiah
Hasil
penelitian diharapkan dapat berguna sebagai bahan acuan bagi peneliti lain yang
berkeinginan untuk melakukan penelitian tentang hiperemesis gravidarum juga
sebagai bahan referensi tentang permasalahan di bidang kesehatan reproduksi.
2. Manfaat
Institusi
Sebagai
bahan masukan dan jugu informasi bagi Rumah Sakit Bhayangkara Makassar untuk
dapat memberikan informasi yang tepat pada ibu hamil khususnya mengenai hiperemesis
gravidarum.
3. Manfaat
Praktis
Sebagai bahan pembelajaran dalam mengembangkan ilmu
tentang hiperemesis gravidarum.Bagi teman-teman yang berminat untuk mendapatkan yang lebih lengkap....hubungi saya di 08114610180 (Ahmad)....semoga bermanfaat..
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus